Laman

Selasa, 06 April 2010

...Tuhan punya RencaNa...

Awal bulan... sudah tak aneh lagi di kantor akan lebih busy dari minggu-minggu lainnya... Tepatnya taggal 6 April 2010, seharusnya FRM Reportnya harus sudah dikirim kemarin, tetapi karena ada libur hari Jumat 'wafatnya Isa Almasih' jadwal mundur satu hari...
"Sudah terima dari Ingan, Kap?"
Siapa lagi yang punya pertanyaan jitu seperti ini kalau bukan dari Ibu kita Kartini, Maknyak, Bu Sep ntah apalagi sebutan yang dialamatkan ke atasanku yang sangat sabar ini. Dalam otakku langsung muncul pasangan dari pertanyaan ini... "Sudah selesai? Kapan kita bisa review?" hmm...
"Belum terima Bu, nanti sore katanya baru akan dikirim"
Jawaban itu keluar dari mulutku tanpa beban yang berarti, wong belum selesai kok, mau diapain?
Kemudian beliau melangkah ke dispenser dekat meja kerjaku, ngisi air minum dalam gelas minumnya dan balik lagi ke mejanya sendiri.
Aku masih berpencak silat dengan MS. Excel 2007 lengkapin embel-embel ini dan itu. Lama kelamaan ternyata asyik juga pakai versi 2007 nih, masih ingat awal gunakannya terkesan MS. Excel yang sengaja didesign untuk anak SD atau malah TK, soalnya toolbarnya besar-besar terkesan seperti komik, tetapi tetap lebih elegan dibanding pendahulunya.
...
Aktivitas yang tidak jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya, sampai jarum pendek jam dinding kantor menunjuk antara angka 4 dan 5, sedangkan jarum panjangnya tepat menunjuk angka 7. Tidak terlalu memperhatikan jarum panjang yang lebih tipis, dia bergerak menunjuk angka-angka yang berbeda begitu cepat. Serasa ada yang melangkah mendekati dari belakang kursi kerjaku, sangat familiar dan tidak asing (apa bedanya ya?). Aku menoleh ke belakang, yups betul, tebakanku tidak meleset, anak panah tepat di tengah sasaran. Kali ini wajah beliau senyum - senyum santai. Agak lega sedikit karena sepertinya bukan menanyakan pertanyaan andalan yang biasanya jawabannya susah aku improvisasi lagi.
"Kap, kamu tidak mau coba?"
Aku langsung senyum lebar, ini melanjutkan pembicaraan kami beberapa hari yang lalu ketika beliau sign surat pernyataanku. Dadaku sedikit gemetar, adrenalinku keluar sikit (gak usah banyak - banyak, sayang)
"Hmm, Ibu kasih saya tanggung jawab lebih saja dan saya akan kerjakan semaksimal saya Bu"
Tidak dengan intonasi yang terlalu tegas, karena ditemani dengan senyuman. Aku lihat beliau lebih serius untuk memberikan pertanyaan selanjutnya.
"Itu artinya, kamu akan keluar juga nantinya"
Nadanya lebih tegas dengan gaya bahasa tubuhnya yang khas.
"Saya mulai boring Bu dengan kerjaan seperti ini terus, saya mau mencoba BUMN dan tahun ini tahun terakhir saya..."
Saya tau, seharusnya kalimat ini pantang untuk disebutin, ini kalimat berbahaya. Tetapi karena berhubung itu kenyataan sebenarnya, saya tidak mau ada yang ditutup-tutupi.
"Sebenarnya dia ada mengajukan kandidat, tetapi kualifikasinya sama saja dengan kamu, kenapa harus orang lain?"
Susah mengartikan ekspresi wajah beliau saat itu...
"Saya akan handle apa Bu?"
Otak saya blank, antara ragu, khawatir, pengen mengejar yang lain, semuanya bercampur jadi satu dalam waktu yang singkat dan bersamaan.
....
Butuh beberapa menit untuk bisa fokus lagi melanjutkan Excelku yang sempat aku abaikan selama percakapan tadi...
Terakhir yang ada muncul dalam otakku hanya kepasrahan kepada-Nya. Tuhan, Kamu biarkan saya sampai detik ini karena Kamu punya rencana...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar