Laman

Jumat, 23 April 2010

Ironi...

Sudah terjadi 2 hari yang lalu, tetapi rasa nyesak itu masih terasa tetap mengganjal walaupun tidak sedongkol waktu melewatinya. Tidak habis pikir kok bisa ya? Hari gini? Bukannya sudah reformasi dan penyetaraan kesejahteraan berapa kali? Seharusnya bisa profesional dunk...
Yah, saya akui ini hanya uneg - uneg dalam hati tidak bisa diambil jadi satu patokan, saya menggenralisasi suatu masalah. But why not? Dari dulu sampai sekarang masih seperti ini pelayanan yang saya dapatkan, terlepas dari pengalaman orang - orang lain yang nadanya hampir sama. Inilah yang saya alami...
Hmm dilihat dari luar, bangunannya sangat mewah apalagi untuk ukuran Kabupaten, jika dibandingin dengan Kabupaten tempat kelahiran saya masih sangat jauh kesenjangannya. Senyum keanehan saya dimulai dari melangkah ke reseptionist.
1. Bagian Informasi
U : Pagi Bu
R : Pagi...
U : Untuk dapatkan surat keterangan xxx ke bagian mana Bu ya?
R : ya..ya.. tolong yang di sana... bukan itu...bla..bla..
U : (Mak, mantap sekali Ibu ini nyuekin saya...). Senyum keanehan pertama dimulai... ;-)
...
R : Tingginya berapa? Berat Badannya Berapa?
U : Terakhir 170, tetapi berat badan saya nggak tau skrg. Memang gak diukur di sini?
R : Itu ada timbangan...
U : 60 Kg (wow berat badanqu naik 5 Kg dalam 2 bulan :-))
Senyum keanehan kedua, bukannya seharusnya didampingi Bu?
2. Bagian Poli Umum
Di sambut dengan senyum yang manis, walaupun sudah ibu - ibu tetapi masih kelihatan kalau dulu mudanya pasti rebutan para ksatria hehe...
Nah, di sini puncak dari semuanya, Bapak ke bagian ini terus ke bagian itu terus ke bagian ini terus ke bagian itu... Wow, urusan sesimpel ini kok sepertinya jadi ribet banget? Kenapa harus bolak-balik ke sana ke mari? Sepertinya tidak perlu harus lulusan Master untuk bisa menyederhanakan urusan sesimpel ini. Tidak perlu belajar Mata Kuliah Graph untuk bisa mendapat path terpendek supaya tidak harus keliling-keliling gedung yang bisa masuk dalam kategori mewah ini.
3. Sepajang Gedung
Setiap ruangan tidak terlepas dari kumpulan ibu-ibu yang sedang ngobrol, awalnya saya kira mereka sedang diskusi untuk memecahkan suatu masalah, ternyata setelah saya dekati salah satu grup diskusi itu, mereka sedang ngerumpi...ckckck Ada yang makan pecel, ada si Bapak-bapak makan coklat... Tidak mencerminkan suasana tempat kerja yang profesional.

Nah, sekarang pertanyaanya, kenapa keluargaku selalu menyarankan untuk kerja di instansi seperti ini? Haiyah, sampai kapan iman ini bisa bertahan sok idealis?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar